I used to say, I will never regret what I do in the past
Because the past makes me the person i am today
Melahirkan itu sakit…asli!! Ga bohong!
Apalagi kalau tanpa persiapan hanya modal pede bakal bisa ngatasin sakitnya,itu bodoh banget (saya bodoh pastinya)
Minggu-minggu menjelang melahirkan, kegiatan rutin saya yang paling berguna adalah “dog-walking” yupp berjalan pagi keliling kompleks bersama anjing saya, itu olah raga rutin setiap hari, dan dilanjut jalan-jalan ke ancol (masih dog-walking)Â setiap weekend.Olahraga pagi itulah yang agak menyelamatkan saya dalam menghadapi persalinan.
Sehari menjelang melahirkan saya masih santai-santai saja jalan-jalan ke ancol hampir 2 jam bersama anjing saya, kita masih lari-lari pula. Saya santai karena toh masih 3 hari dari due date yang ditetapkan dsog saya.
Selain dog-walking itu saya praktis tidak memiliki persiapan yang lain.. Bodoh dan terlalu menyepelekan… Saya memang rutin periksa dokter, minum vitamin dari dokter..Tapi hanya sebatas itu, di ruang dokter saya sering terpesona melihat hasil USG sehingga tidak terpikir bertanya hal-hal penting tentang persalinan (sindrom ibu muda). Lebih peduli pada hasil bukan proses, hahahaha..
Waktu luang banyak saya habiskan di depan laptop, tapi bukan browsing masalah persalinan melainkan window shopping perlengkapan bayi, baru pada hari Sabtu 6 Maret 2010, waktu orang serumah pergi semua ke ITC untuk melengkapi perlengkapan yang belum dibeli, saya terfikir masalah persalinan, itu juga hanya sambil iseng, saya browsing posisi persalinan paling pewe, that’s it, sebelum balik browsing online shopping.
Sampai pada hari minggu 7 Maret 2010, dari pukul 00.00 saya merasa mulas, tapi tidak ada kecurigaan apa-apa, karena minggu itu memang saya lagi sering sakit perut. Saya ke kamar mandi tiap 1-2 jam sampai pagi, dikamar mandi mulas hilang, saya kembali tidur, mulas lagi, begitu terus sampai saya marah, saya ngantuk kenapa mulas terus tp begitu bangun hilang mulas nya. Akhirnya sekitar pukul 5 saya kembali mulas kali ini perasaan agak ga enak, saya menyerah dari pada tidur lagi saya turun kebawah, dan sampai bawah, mulas disertai sakit, mulai serba salah, mau bilang orang rumah takut (makin bodoh kan saya), tiduran di sofa sambil sebentar-bentar ganti posisi antara gelisah dan sakit, akhirnya sekitar pukul 6 saya naik lagi keatas, siap-siap untuk dog-walking(tetepp..) sambil sok lugu curhat masalah sakit perut… Tanggapannya dingin..Karena asumsi dokter kehamilan pertama biasanya baru melahirkan 11 jam dari kontraksi awal, jadi dianggep 11 jam dari jam 6 pagi masih lama..
Akhirnya saya pun memutuskan dog-walking daripada stres dirumah, sampai ditujuan ga mampu turun mobil, alamak makjan sakitnya ampun, jalan 1 langkah aja ga sanggup (asli bukan lebai).. Karena tidak sanggup jalan doggy saya yang baik itu jalan-jalan sendiri dan saya menunggu di mobil, sampai dirumah jam 9 rasanya makin uring-uringan karena sakit tapi tanggapan orang rumah dingin (sekali lagi patokan mereka 11 jam dari jam 6), malahan mereka sempat meninggalkan saya sendirian dirumah untuk ke atm katanya (yang saya tunggu sampai jam 11 tidak pulang-pulang ternyata muter-muter dulu wisata kuliner)..
Jam 12 kesabaran saya mulai habis, saya semakin memaksa untuk ke rumah sakit, mama semapt bilang kan kemaren dokter bilang sabar daripada kelamaan nunggu di rumah sakit, saya ga peduli, mending di rumah sakit daripada emosi kesakitan dirumah ga ngapa-ngapain.. Ok, kami sepakat kerumah sakit (yang masih harus ditunda 15 menit menunggu mobil pulang dari wisata kuliner)
Sampai di rumah, bukan segera berangkat, saya malah disuruh makan pizza dulu,haduh Gusti, kesabaranku diuji, no orang-orang ga sadar perutku mau mbeledos… Saya cuma tersenyum kecut menunggu mereka makan pizza, akhirnya jam 12 saya diantar ke rumah sakit, tidak membawa apa-apa dengan pikiran paling annti disuruh pulang dulu, masih lama kan…
Sampai di rumah sakit yang berjarak sekitar 7menit dari rumah, karena hari minggu rumah sakit sepi, tidak ada dokter praktek dan jaga. Dengan tertatih-tatih saya berjalan sendiri ke resepsionist, sudah tidak sangggup bicara, hanya bisa bilang lahir, sambil menyodorkan kartu periksa.
Suster mempersilahkan saya ke ruang praktek dokter yang kosong untuk di periksa, ada kejadian lucu (atau bodoh) waktu suster hendak memeriksa, dan kami hanya berdua di ruang praktek suster ini bertanya : HAMIL BERAPA BULAN BU?
Asli saya hanya bisa melongo dalam kesakitan, dia bercanda kan?! Untuk kesopanan saya berusaha berpikiran positif, suster ini tidak pernah menemani saya periksa, dan anggap saja pujian karena saya tidak terlihat seperti hamil 9 bulan.. Akhirnya saya jawab “ini kesini mau melahirkan sus” (mudah-mudahan nada saya waktu itu tidak sarkasme)
Diperiksa ternyata bukaan 3-4 dan mereka menelfon dokter untuk datang, saya dipindah ke ruang persalinan. Dengan kontraksi yang makin menjadi-jadi, dokter yang tidak datang-datang, saya salut dengan para suster dan bidan yang manangani saya, mereka begitu sabar memberi kata-kata positif dan rajin mengelus-elus punggung saya.
Proses dari bukaan 3 hingga sempurna terbilang cepat sebenarnya, sekitar 1 jam setelah sampai dirumah sakit saya sudah bukaan sempurna, tapi air ketuban saya belum pecah, itu yang membuat stress, saya terus bertanya mana dokter, kapan boleh ngeden? Suster-Bidan terus menyemangati, sampai saya hampir menyerah, air ketuban saya tidak pecah juga, tiba-tiba waktu saya baru memindah posisi badan, terdengar suara letusan, saya otomatis menjerit memanggil suster, dan yang syukurlah langsung diperbolehkan untuk mengedan (dengan sebelumnya diajari cara melipat kaki, dan posisi tangan,dll – heyy saya sudah bilang diawal kan saya tidak punya persiapan sebelumnya)
Akhirnya setelah 2x mengedan, putri kecil saya lahir, proses nya mudah (jika dibanding dengan masa-masa kontraksi) Tepat pukul 13.30 wiB, 1,5 jam setelah saya tiba dirumah sakit.
Dari awal dia bukan anak yang cengeng, dia tidak langsung menangis, sekitar 1menit setelah diangkat baru bersuara sedikit, kemudian celingak-celinguk lagi. Suster membersihkan tubuhnya dan menggunakan selang, komentar pertama saya sebagai ibu : Kok merah ya sust?
Setelah itu dia diletakkan di dada saya sebentar,walau ASI saya sudah keluar suster tidak berani lama-lama karena dokter belum datang, puti saya dibawa keruang observasi dan saya menunggu dokter datang (baru datang setengah jam kemudian).
Sendirian, diruangan dingin itu, saya hanya bengong, sudah selesai ya, cepat ya, tapi sakit, dan banyak pikiran aneh lainnya.
Putri saya yang 9 bulan menemani saya dari dalam sekarang sudah lahir. Itu merupakan pengalaman yang berharga, sakit selama berjam-jam tadi langsung hilang, hanya lelah….dan lega… Saya berhasil melewati 1 babak baru dalam hidup saya, saya berhasil melewati 9 bulan yang penuh drama, dan putri saya (yang saat itu masih berada di perut) juga berhasil melewati masa-masa itu, saya bersyukur atas keputusan saya, dan saya harap suatu saat ketika dia sudah besar, dia bisa memahami keputusan saya.
I Love You Princess, jadilah anak yang kuat, tapi mama percaya kamu pasti bisa, karena dari awal pun kamu sudah menjadi pejuang kecil 🙂